23 Agustus 2013
Hari itu kuputuskan untuk total di Darul Anwar, meskipun Kak Aang menawarkan padaku untuk tetap bekerja di Dwi Teknik dengan segala aktivitasnya. Aku diberikan jadwal mengajar hari sabtu untuk mengajar 3 kelas untuk mata pelajaran PPKn. Namun aku bersikeras untuk berhenti bekerja dan hanya mengajar walau dengan honor seadanya. Memang selama satu malam aku gak bisa tidur memikirkan ini, menimbang bagaimana nanti kuliahku yang belum selesai, bagaimana nanti jika setiap hari tidak megang uang sama sekali, bagaimana nanti dan seterusnya. Namun, Aku tetap pada pendirianku untuk tetap mengajar.
Aku telah menyiapkan pakaian dan tas travel bekas mamih kerja di luar negeri, dan satu tes gendong untuk perlengkapan pribadiku. Hari itu 24 Agustus 2013, Abi (KH.A. Ruyadi Zaeni) tidak ada urusan penting dan berada di rumah, aku bersyukur sekali bisa bertemu dengan beliau. Di temani kak Aang kakakku, membantu menjelaskan bahwa aku akan mengajar di MA Darul Anwar dan sekalian menitipkan aku bahwa aku akan tinggal di pondok selama mengajar dan selama tidak mengajar aku belajar di Pesantren. Aku bersyukur bahwa Abi menerimaku apa adanya dan mempersilahkanku untuk tinggal di pesantren, ada rona bahagia terpancar dari mataku, walaupun aku belum kenal dengan beliau, namun beliau langsung akrab dan membawa kami ke dalam obrolan yang hangat. Kami ngobrol hampir 1 jam dan tak merasa lelah bahkan asyik mengobrol, dari sana aku dikenalkan dengan anak-anak beliau, selain H. Aang, ada Ust. Deden, Ust. Saeful Jihad, Ustzh. Nenden, Syukron, Bidan Mamay, Teh Nunung, Iya dan seluruh Santri Pondok Pesantren Darul. Sekarang aku menatap kehidupan baru disini, sekarang aku memulai hidup dari awal .
###
Ada kejadian yang cukup menggelikan, ketika aku bersalaman dengan kak Mamat putera Abi yang lain yang sedang kuliah ia menyapaku dengan akrab:
"Wih..... Ka yadi, apa kabar kemana aja???"
"Ada di rumah", jawab ku sekenanya
Padahal aku belum pernah bertemu dengan kak Mamat dan baru kali itu aku bertemu dengannya namun, terasa kami seperti sudah saling mengenal. Usut punya usut ternyata semua anggota keluarga Abi khususnya putera dan Puterinya salah sangka, mereka kira saya adalah saudara Abi yang dulu nyantri di Darul Anwar dan namanya pun persis namun nama saudaran mereka adalah Supriyadi dan katanya wajahku denga wajah ka yadi "Mereka" sangat mirip, entah karena kedekatan keluarg atau memang sosok Yadi di hati mereka begitu dekat, akhirnya saya benar-benar diterima di sini, diterima sebagai murid sekaligus tenaga pengajar di Madrasah.
Terima kasih Umi, terima kasih Abi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar