Iklan

Minggu, 02 Februari 2014

Kekuatan Dahsyat Otak Manusia

Kekuatan Dahsyat Otak Manusia

kekuatan otak,
Otak manusia sesungguhnya memiliki kekuatan yang sangat dahsyat. Tetapi, kekuatan dahsyat itu seringkali hanya tersimpan berupa potensi terpendam karena ketidakpahaman dalam pemanfaatannya. Potensi otak manusia untuk menciptakan, menyimpan, dan belajar boleh dikatakan tidak terbatas. Selama hidup, manusia hanya menggunakan sebahagian kecil saja dari kemampuan otak tersebut.

Secara garis besar, otak manusia terbagi dalam dua bagian: otak kiri dan otak kanan. Otak kiri memproses segala macam angka, matematika, bahasa, dan hal-hal yang menyangkut logika lainnya. Sementara otak kanan memproses segala macam keindahan, seni, rasa, kreativitas, dan segala sesuatu yang tidak lagi bersifat verbal. Pengendalian emosi dan kesadaran diri juga terletak pada otak kanan.

Dari keseluruhan kemampuan otak, maksimal hanya 10% yang dipergunakan setiap hari. Sisanya dibiarkan menganggur. Ibarat gunung es yang kelihatan di permukaan, sedangkan bagian terbesar dari gunung es itu berada di bawah permukaan. Artinya, begitu besar potensi otak manusia yang belum tergali dan dimanfaatkan.

Dengan maksimal 10% potensi otak yang telah dimanfaatkan, manusia sudah menghasilkan karya-karya hebat ataupun tampak hebat. Bayangkan bagaimana jadinya jika manusia bisa memanfaatkan sebagian atau keseluruhan 90% potensi otak lain tersebut.

Pikiran bawah sadar disebut juga otak intuitif, keputusan besar dan hebat yang dibuat oleh eksekutif jagoan dan pemimpin ulung dihasilkan oleh otak intuitif; bukan oleh otak sadar (rasional). Antara pikiran sadar dan bawah sadar dibatasi sebuah garis filter penghubung yang disebut dengan recticular activating system, sehingga seseorang tetap terlihat sadar dan waras.

Pikiran bawah sadar berguna menyimpan semua pengalaman hidup, citra seseorang. Ia selama ini hanya berfungsi sebagai bank memori, padahal potensinya jauh lebih besar dari itu. Kekuatan pikiran bawah sadar dapat dimanfaatkan untuk mencapai tujuan tiga sampai tujuh kali lebih cepat, dengan kemampuan relaksasi sebagai kekuatan tambahan. Emosi seseorang juga ditentukan oleh pikiran bawah sadar yang kemudian diekspresikan dalam perilaku melalui pikiran sadar. Untuk mendayagunakan potensi otak yang begitu besar, maka perlu diketahui tentang gelombang energi otak (brainwave), yang terbagi dalam empat keadaan: beta, alpha, tetha, dan delta.

Kondisi beta adalah keadaan sehari-hari yang dialami setiap orang (kecepatan 13 s/d 28 putaran per detik), keadaan di mana seseorang terjaga dan bisa memikirkan beberapa hal secara serempak. Pada kondisi ini didominasi oleh cara berpikir logika.

Gelombang otak alpha (kecepatan sekitar 7 s/d 13 putaran per detik), di mana otak hanya bisa berpikir tentang satu hal saja, tidak lebih. Keadaan alpha adalah keadaan yang rileks tanpa stres, sehingga orang mudah masuk ke pikiran bawah sadar, bisa mengubah citra diri maupun keadaan, bisa menetapkan tujuan, belajar dan membaca ‘secara cerdas’.

Keadaan alpha mudah dicapai, yaitu ketika kita sedang melamun atau berkhayal. Anak-anak berumur 0 s/d 5 tahun (balita) hidup dalam keadaan alpha. Itu sebabnya mereka mampu menyerap informasi dengan cepat, dan langsung menembus pikiran bawah sadarnya. Oleh karena itu, anak-anak adalah kelompok orang yang paling cepat memahami segala sesuatu yang baru dan sulit sekalipun. Kondisi theta adalah keadaan ketika dapat bermimpi (kecepatannya sekitar 3,5 s/d 7 putaran per detik). Dalam kondisi ini, pikiran menjadi sangat kreatif dan inspiratif. Penyembuhan diri dari penyakit bisa diperoleh dalam kondisi ini. Terakhir adalah gelombang otak delta (kecepatannya 0,5 putaran per detik), yang terjadi saat kita tidur pulas dan tanpa mimpi. Otak alpha dan tetha merupakan dua potensi terbesar dari otak bawah sadar yang bisa dimanfaatkan untuk kesuksesan manusia.

Ada dua alasan mengapa otak jauh lebih penting di bandingkan organ tubuh lainnya; pertama, walaupun ia tidak bisa bekerja sendiri, secara biologi ia adalah pusat bagi semua aktivitas tubuh, baik itu kegiatan sadar maupun tidak sadar (otonom). Ia layaknya CPU (Central Processing Unit) dalam sebuah sistem komputer bagi tubuh manusia, dan kedua secara simbolis, ia diposisikan pada bagian tubuh teratas dan menempati posisi paling tinggi dari semua organ tubuh. Ia disimpan dalam batok kepala yang berlapis-lapis dan sangat kuat. Juga direndam dalam cairan (cerebrospinalis) yang diproduksinya sendiri yang membuatnya tahan gempa dan goyangan.

Dari segi evolusi, kepala yang berada pada posisi teratas menunjukkan kesempurnaan dari makhluk manusia. Makin tegak posisi tubuh, makin sempurna fungsinya. Ini menjadi alasan mengapa manusia disebut Homo Erectus (makhluk yang berdiri tegak). Ketegakan itu berhubungan dengan daya dari isi kepala (otak) yang membuat makhluk itu menjadi bijaksana. Inilah alasannya sehingga manusia disebut homo sapiens (makhluk bijaksana). Kebijaksanaan itu pula timbul karena otak terus berkembang tanpa bosan, bahkan kadangkala tanpa diinginkan oleh pemiliknya. Seiring berjalannya waktu, otak manusia mengalami perkembangan, terlebih apabila otak sering kita biasakan untuk memikirkan hal baru yang bersifat positif. Penggunaan otak untuk berpikir membuat sel-sel otak lebih berkembang dan membentuk jaringan yang semakin lama semakin banyak. Tetapi sebaliknya Otak yang tidak pernah diajak untuk bekerja memikirkan sesuatu tidak akan mengalami perkembangan bahkan bisa mengalami rudimenter (menghilangnya fungsi dari bagian-bagian dari sel-sel otak yang mikro). Aktivitas berpikir memang secara otomatis mengaktifkan sel-sel otak menjadi semakin berkembang dan membentuk lebih banyak membentuk jaringan-jaringan baru yang membuat struktur sel dalam otak semakin bertambah yang korelasinya menyebabkan berkembangnya fungsi memori.

Otak adalah organ yang paling kompleks yang pernah dikenal di alam semesta ini. Ia adalah satu-satunya bagian tubuh yang paling berkembang dan secara otomatis dapat mempelajari dirinya sendiri. Otak adalah organ yang bilamana dirawat, dijaga, dan dipelihara secara serius dan teratur, dapat bertahan sampai lebih dari seratus tahun. Tidak seperti organ tubuh lain, yang kian tua kian rusak, otak justru makin tua makin menunjukkan fungsi yang kian luas dan lebar. Kian tua interkoneksi antar sel saraf (neuron) karena memang pengalaman hidup makin banyak, kian padat dalam otak manusia, dampak nyatanya apabila seseorang memiliki memori yang kuat adalah pengalaman hidup lebih banyak yang dapat disimpan dan diingat oleh otak sehingga membuat pemiliknya lebih selektif, sensitif dan bijaksana..

Seperti pernyataan yang sering didengar; “makin tua, makin menjadi”, begitulah otak manusia. Otak memang dapat dibentuk dan terus-menerus berubah, dalam jangka milidetik demi milidetik. Kelebihan otak terletak pada sifat plastis-nya. Dalam bentuk dan cara kerja pun, otak menampakkan keunggulan dibandingkan dengan organ tubuh lainnya. Jantung, hati, paru, ginjal, kantung kencing, kantung empedu-pendeknya semua yang ada dalam tubuh manusia-bekerja dengan cara sama, sejak mereka ‘diciptakan sampai ketika mereka rusak dan hancur. Otak tidak seperti itu. Ia berubah dan bekerja dengan cara yang berbeda, detik demi detik, waktu demi waktu. Dan itu terjadi secara molekuler melalui belajar. Hebatnya, ia bisa belajar seumur hidup. Dan pada belajar pula terletak kekuatan otak. Karena itu, reformasi otak mengandung arti juga pemaksimalan kemampuan manusia untuk belajar. Setiap informasi yang diakses akan memberi nuansa baru bagi hubungan antar sel saraf dan antar jaringan otak. Dan ini mengubah isi pikiran, bahkan termasuk cara berpikir. Unit kecerdasan terkecil ada pada ujung sel-sel saraf ini, makin banyak sel-sel ini berhubungan, makin banyak ikatan sel saraf, makin banyak pula informasi yang diakses serta makin luaslah pengetahuan dan pengalaman seseorang.

Keyakian bahwa hidup itu seperti sungai adalah benar adanya: mengalir, mengalir, dan mengalir. Seperti itulah sel-sel saraf : “mengalir” terus dan tidak menetap. Karena itu, seseorang tidak dapat berada pada sebuah aliran sungai yang sama. Persis seperti tidak mungkinnya sel saraf tetap dan begitu-begitu saja. Yang hebat, ia dapat berubah, tetapi tidak menghilangkan informasi yang telah disimpannya. Penataan sel saraf berlangsung terus, sepanjang hidup.

Dari lingkungan ia belajar, ia membentuk kumpulan informasi mental dalam kepalanya. Itulah perilakunya. Tingkah pola si anak atau orang dewasa ditentukan oleh informasi yang disimpan dalam otaknya. Pengalaman akan disimpan dalam sel-sel otak, menumpuk dari waktu ke waktu, dan semakin si empunya otak itu belajar, pengalaman itu akan menimbulkan kebijaksanaan (wisdom).

Persinggungan sains dan agama (atau sesuatu yang non-empiris) dan munculnya kesadaran-kesadaran kemanusiaan (paling tidak, tentang kemisteriusan manusia) adalah sedikit dari konsekuensi itu. Masalah penting dari semua itu adalah keinginan mengenal diri secara utuh. Aspek-aspek non-empiris berhasil dikuakkan untuk menunjukkan bahwa proses pengenalan diri adalah inti dari keberadaan manusia. Tatkala instrumentasi ilmiah sedemikian berkembang, memilih jalur empiris dan rasional untuk proses pengenalan diri. Otak, dan lebih luas lagi akal, adalah salah satu tema dari jalur empiris yang dipilih.

Otak dan akal dapat menjadi jalan masuk untuk mengenal diri sebagai manusia. Bukan saja karena akal merupakan komponen tertinggi diri manusia, melainkan juga karena akal mencitrakan dan memberikan ciri khas bagi manusia. Fenomena phantom limb adalah sedikit contoh bagaimana otak membentuk gambaran tentang diri. Manusia boleh saja mati, tetapi pikiran-pikirannya bisa jadi tetap hidup. Mengapa demikian? karena pikiran-pikiran disebarkan, disosialisasikan, bahkan didiskusikan dan dijalankan ketika pemikiran atau hasil olah kerja otak itu dirasa memberikan manfaat atau Andil bagi kehidupan. Penemuan-penemuan ilmiah, hasil research genetikan, penemuan Zat/Unsur baru di alam semesta adalah bukti perkembangan kemampuan berpikir dari olah yang ketika di olah dan diterjemahkan bisa mewujudkan sebuah imajinasi menjadi kenyataan.

Adanya aspek-aspek intuitif, yang diberi porsi pada bagian kanan otak, dan aspek-aspek rasional yang diberi tempat pada otak kiri, telah memberi pengaruh besar pada jalur mistisme dari ilmu pengetahuan tentang manusia. Oleh karena itu, dualisme otak, seperti terjadi pada orang-orang Barat, sangat tidak dikenal dalam tradisi pengetahuan Islam. Dan dalam perkembangannya banyak ilmu pengetahuan yang menyingkap berbagai sisi kekuatan otak seperti aktivasi otak kanan, otak tengah, dan yang lebih spektakuler adalah bahwa dalam otak manusia tidak hanya terdiri dari otak kiri dan otak kanan ataupun otak tengah saja yang harus di tonjulkan, melainkan ketika manusia ingin menjadi lebih sempurna dalam kodratnya sebagai mahluk agar dapat mencapai keseimbangan hidup dunia dan akherat manusia perlu menyeimbangkan fungsi otak yang sesungguhnya meliputi otak kiri, otak kanan, otak spiritual dan universal. Apabila itu bisa dilakukan manusia akan lebih bisa menjadi riri sendiri yang utuh, karena hati dan pikirannya akan seimbang dan sinergi sehingga jiwanya juga akan lebih damai.