Iklan

Sabtu, 09 Agustus 2014

Catatan harian Budi

Ketika Ayah berkata;                                                                                                                                
"kamu masih mengajar???" "iya yah"
"monoton dong, kerjanya cuma itu-itu aja, gak cari kerjaan yang lain aja" "enggak yah ini sudah pilihan Budi"

"memang kamu di gaji berapa??? nyampe satu juta???" "enggak yah" (aku menggelengkan kepala)

"tuh,,,,, mau jadi apa kamu dengan pekerjaan dan gaji yang kecil???? coba lihat si Apud, di sekarang jadi Surveyor di Honda, gajinya 2 juta sebulan sekarang udah menikah dia, coba kamu bayangkan dengan pekerjaan kamu dan bapak yakin gajimu pun kecil, apa bisa menghidupi anak istrimu kelak???"

Dan bla bla bla bla......, Ayah terus berkicau dengan teorinya dan anggapannya bahwa dengan menjadi guru itu gajinya kecil lah, susah hidup lah, serba kekurangan lah, aku tak peduli dengan itu semua, hidupku ya aku yang menjalani, toh ayah pun tidak membantu aku cari kerjaan bahkan dia hidup enak, ongkang-ongkang kaki dengan istri muda dan anak-anaknya, hanya sekedar peduli dengan pekerjaan ku yang sekarang yang hanya sebagai guru honor yayasan itu pun tanpa bantuan Ayah. Mana peduli Ayah dengan ku saat ini, yang Ayah pedulikan saat ini hanyalah mencari nafkah buat keluarganya bukan buat aku dan ibuku, aku sadar bahwa setelah mereka bercerai 14 tahun yang lalu Ayah seakan-akan pergi dan menghilang begitu saja tanpa memperhatikan kami, Ibu yang hanya lulusan SD hanya mampu menjadi tukang jahit kecil-kecilan dan ala kadarnya, namun alhamdulillah mampu untuk menyekolahkan aku hingga SMA, aku bersyukur dengan yang aku miliki sekarang. Lalu dimana Ayah???

Terkadang aku berfikir untuk apa aku setiap tahun, habis sholat idul fitri siangnya aku silaturahim ke Rumah Ayah di Desa Tetangga??? Untuk Apa?? Untuk apa jika hanya dijadikan bahan olok-olokan keadaan aku selama ini, aku berhasil lulus kuliah di salah satu Universitas negeri di Banten itu sama sekali tanpa bantuan Ayah, sama sekali tidak!! aku menguras keringat sendiri, aku berjuang dengan peluh dan darah dengan menjadi pelayan toko di salah satu toko supermarket di Kragilan Serang dan itu kulakukan selama 5 tahun dan  selama itu pula aku kuliah hingga berhasil di Wisuda 1 tahun yang lalu dan dimana Ayah ???? dimana Ayah ketika aku membutuhkannya, di saat aku butuh kasih sayang Ayah dia dimana??? ketika aku membutuhkan biaya wisuda Ayah dimana???? Justru aku harus berterima kasih pada Ibu dan Kakek karena kedua orang ini sangat berjasa untukku, Kakek dengan rela menjual sepetak tanahnya pada salah satu orang berada di kampung kami untuk biaya wisuda ku, lalu dimana Ayah.......???

##       ##         ##       ##        ##        ##       ##     ##       ##      ##      ##      ##      ##    

Dua tahun yang lalu persis di bulan ini, aku memutuskan untuk berhenti bekerja di supermarket, dan ini aku fikirkan sudah lama dan dengan berbagai pertimbangan dan aku katakan ini pada Ayah dan saat itu Ayah hanya mengatakan "terus kuliahmu gimana Bud? hanya pertanyaan itu saja namun aku hanya diam tak menjawab sikap Ayah kepadaku, aku hanya menghindari konflik dan debat dengannya, aku paham dengan semuanya, Ayah, Ibu tiriku dan Adik-adikku. aku takkan meminta bantuan apapun dari Ayah. Aku kuliah tanpa bantuan biaya dari Ayah. aku sendiri yang membiayai kuliahku. Terserah apa yang dikatakan Ayah padaku aku hanya mohon doa darinya bahwa saat ini kuliah tinggal semester akhir dan aku katakan bahwa aku takkan membebani Ayah dengan keadaan ku. aku akan cari sendiri biaya kuliahku, aku janji pada diriku bahwa aku pasti sukses tanpa bantuan Ayah, aku akan tunjukkan pada Ayah bahwa aku bisa sukses tanpa bantuannya aku Janji itu.

25 Desember 2014
Tanggal ini adalah moment dimana aku menyempurnakan sebagian kewajiban Agamaku, hari ini adalah dimana aku bisa berkata dengan bangga pada Ayah. Ayah, anakmu kini dapat menggapai impian-impiannya denga gemilang, anakmu ini sudah dapat membuktikan kepadamu bahwa Kesuksesan itu bukanlah hanya materi saja namun menikah pun adalah sama yaitu sebuah kesuksesan pribadi, dengan penuh rasa bangga aku mengenalkan Istriku pada Ayah di hari pernikahan ku. Nikah adalah Sunnah Nabi dan aku bisa buktikan bahwa aku bisa menikah dengan gadis pilihanku sendiri. Ayah.... inilah aku, Istriku dan pesta pernikahan ini adalah Murni dari hasil kerja kerasku selama ini, Ayah doakan kami mejadi Keluarga yang Sakinah. Mawadah dan Warahmah.... Aamiin Ya Rabbal 'Alamiin


Tidak ada komentar:

Posting Komentar