Iklan

Senin, 11 Oktober 2021

Potensi Wisata Desa Kubang Baros

Desa Wisata Kubang Baros merupakan salah satu desa wisata di Kecamatan Cinangka, Kabupaten Serang, Banten yang menawarkan beragam daya tarik wisata. Menurut keterangan  dari Staf Desa Kubang Baros, Jumat (08/10/2021), salah satu daya tarik Desa Kubang Baros terdapat pada keindahan pemandangan alamnya. Wisatawan yang berkunjung ke Desa Kubang Baros dapat menikmati pemandangan alam Curug Betung yang lokasinya berada di jalur Sungai Cidano yang sumber airnya berasal dari Rawadano yang merupakan satu satunya Rawa pegunungan di Pulau Jawa . Untuk  lebih jelasnya lagi, berikut deretan daya tarik wisata yang berada di Desa Wisata Kubang Baros:

1.     Pemandangan Curug Betung


Curug Betung merupakan air terjun berada di jalur sungai Cidano yang sumber airnya berasal dari Rawadano yang merupakan satu satunya Rawa pegunungan di Pulau Jawa. Selain menikmati kearifan lokal yang ditawarkan desa wisata, Wisatawan pun dapat melakukan kegiatan wisata alam di sini.


2. Aneka ragam produk ekonomi kreatif





Beragam produk ekonomi kreatif dapat ditemukan di Desa Kubang Baros. Beberapa di antaranya adalah produk Jamu Herbal Buah Maja, budidaya Madu Teuweul atau Madu Kelulut, serta Cemilan "Rosalinda". Kemudian ada kerajinan tangan dari buah maja, pertukangan kayu, juga budidaya ayam kampung. para pelancong dapat melihat dan belajar langsung seputar pembuatan aneka ragam produk ekonomi kreatif tersebut.

 3. Pemandangan alam Selain Curug Betung.


Desa Wisata Kubang Baros juga menawarkan pemandangan alam selain air terjun Curug Betung yang tidak kalah indahnya, diantaranya persawahan, Curug Lilia dan Pemandian Air Panas Mbah Bulu Waja yang menurut penuturan warga setempat, jika punya penyakit misalnya gatal setelah mandi di pemandian tersebut dengan izin Allah akan sembuh.

Kebudayaan lokal masih bertahan hingga kini, Desa ini masih mempertahankan nilai budaya seperti tradisi Gotong Royong  dan Nukuh atau tradisi kegiatan pengelolaan ladang yang dalam kegiatannya di buka dengan doa dan mengajak alim ulama setempat untuk ikut mendoakan kegiatan Nukuh tersebut agar mendapat keberkahan dari Allah SWT. Jika beruntung, para wisatawan dapat berkunjung dan menyaksikan kegiatan Nukuh tersebut pada waktu - waktu tertentu. Adapun, Nukuh merupakan kegiatan ketiga dari runtutan kegiatan pengelolaan ladang (Narawas, Nyacar, Nukuh, Ngahuru, Ngaseuk, Ngirab Sawan dan Mipit)Nukuh berasal dari bahasa sunda yang berarti menebang pohon. Tujuan dari kegiatan ini yaitu, menebang pohon agar sinar matahari bisa memberi asupan untuk tanaman yang akan ditanam. (Ditulis oleh Yadi Suryadi)

Rabu, 18 Agustus 2021

Fenomena Covid - 19 dan cara mengatasinya menurut Sahabat Nabi

 


 

Berbicara masalah Covid - 19 berarti kita membicarakan masalah pandemi atau penyakit yang menular secara masif. Ketika kita tidak memiliki referensi apa pun  tentang masalah ini maka kita harus mengembalikan pada Allah SWT dan Rasulullah SAW. Menurut artikel yang di publish oleh situs http://dompetdhuafa.org/id ada cara memberantas penyakit menular dengan menerapkan metode yang saat ini digunakan oleh Pemerintah yakni Lockdown atau pada tahun 2020 yang lalu kita mengenalnya dengan PSBB atau Pembatasan Sosial berskala besar atau pada saat ini di tahun 2021 dengan istilah PPKM Mikro atau Penerapan Pembatasan Kegiatan Masyarakat Skala Mikro.

Menurut situs dompet dhuafa dalam http://dompetdhuafa.org/id/berita/detail/lockdown-zaman-nabi :

Zaman dahulu kala, ada sebuah penyakit yang paling di takuti karena sangat menular, dan dapat menyebabkan kematian. Penyakit itu adalah kusta. Sebuah penyakit kulit, di mana penderitanya mengalami bercak-bercak merah pada kulit. Penderita juga mengalami mati rasa, tubuh melemah, dan berubah bentuk.

Wabah kusta juga terjadi di daerah Arab, dan belum ditemukan obatnya. Kusta baru diteliti dan ditemukan pada tahun 1873, namun penyakit ini sudah ada sebelumnya. Sebelum ditemukan, kusta belum ada obatnya.

Isolasi atau lockdown diberlakukan, saat terjadi wabah penyakit menular di sebuah wilayah. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi penularan penyakit. Seperti dalam sabda - Nya yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Hadits tersebut menjelaskan bahwa jika sedang terjadi wabah di lokasi tinggal, kita tidak boleh keluar dari wilayah wabah, sebab akan berpotensi menulari wilayah selainnya. Pun sebaliknya, apabila ada daerah, atau seseorang yang terkena wabah, lebih baik kita menjaga jarak tubuh dari infeksi penyakit, agar tidak langsung tertular atau menularkan.

Lockdown Zaman Nabi Diterapkan Umar bin Khattab

Situasi lockdown zaman nabi, juga diterapkan oleh Umar bin Khattab ketika mengunjungi Syam. Cerita ini dikisahkan dalam buku Biografi Umar bin Khattab karya Prof. Dr. Ali Muhammad Ash Shalabi. Pada tahun 18 Hijriyah, suatu hari Umar bin Khattab bersama sabahat-sahabatnya, melakukan perjalanan menuju Syam. Sebelum memasuki Syam, di perbatasan mereka mendengar sebuah kabar tentang wabah penyakit kulit yang menjangkiti wilayah tersebut.

Penyakit kulit ini dinamai Wabah Tha’un Amwas. Penyakit menular yang menyebabkan benjolan di seluruh tubuh. Benjolan yang terus tumbuh hingga pecah, membuat penderita mengalami pendarahan hingga kematian.

Beberapa waktu kemudian, Gubernur Syam, Abu Ubaidah bin Al Jarrah, datang menemui rombongan Umar di perbatasan. Terjadi percakapan di antara para sahabat dengan Umar. Akhirnya mereka bersepakat untuk mengikuti Hadits Nabi, untuk tidak masuk ke daerah Syam yang sedang mengalami wabah, dan kembali pulang ke Madinah.

Syam diberlakukan lockdown. Setiap beberapa waktu sekali, Abu Ubaidah mengabarkan situasi kondisi yang terjadi di Syam, kepada Umar bin Khattab. Satu persatu sahabat Umar meninggal saat wabah, hingga tercatat sekitar 20 ribu orang yang wafat karena wabah. Jumlahnya hampir separuh dari penduduk Syam, termasuk di dalamnya ada Abu Ubaidah.

Posisi Gubernur kemudian digantikan oleh Amr bin Ash, Sahabat Umar. Amr bin Ash memerintahkan kepada penduduk Syam untuk saling berjaga jarak, agar tidak tidak saling menularkan penyakit, dan berpencar dengan menempatkan diri di gunung-gunung. Penularan penyakit kusta pun dapat diredam, dan Syam kembali normal.

Kesimpulan yang dapat di ambil

Setelah kita mengetahui bahwa segala penyakit ada obatnya dan bahwasanya Allah SWT menurunkan penyakit atau pun wabah pasti sudah memberikan pula obatnya dan juga cara mengatasainya. maka kita alangkah baiknya mengikuti ajaran Rasulullah SWT bahwasanya jika ada suatu penyakit menular maka kita mesti membaca dan memperhatikan hadis Rasulullah SWT yang diriwayatkan oleh Bukhari, “Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan tinggalkan tempat itu.” (HR Bukhari).

Akhir kata, dengan kita hidup di Indonesia ini harus taat kepada Allah dan Rasul Nya serta Ulil Amri, maka kita wajib patuhi Protokol kesehatan 5 M yaitu
1. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir

2. Memakai masker

3. Menggunakan Hand Sanitizer

4. Menghindari kerumunan

5. dan Mengurangi kerumunan

Wallahu A'lam Bishawab. (Ditulis oleh Yadi Suryadi)  

Senin, 16 September 2019

Chrisye, Taufik Ismail dan Surat Yaasiin: 65


Diceritakan oleh Bpk Jamil Azzaini dalam http://www.jamilazzaini.com/chrisye-taufik-ismail-dan-surat-yaasiin-65/, beliau mengatakan bahwa suatu saat Chrisye minta Taufiq Ismail untuk menuliskan syair religi untuk satu lagunya. Dan disanggupi sebulan. Ternyata, minggu pertama macet, tidak ada ide. Minggu kedua macet, ketiga macet hingga menjelang hari terakhir masih juga tidak ada ide.
Taufiq gelisah dan berniat telpon Chrisye dan bilang, “Chris maaf, macet!”
Namun di malam harinya, Taufiq mengaji. Ketika sampai ayat 65 surat Yaasiin dia berhenti. Makna ayat ini tentang Hari Pengadilan Akhir ini luar biasa, kata Taufiq. Dan segera dia pindahkan pesan ayat tersebut ke dalam lirik-lirik lagu.

Ketika pita rekaman itu sudah di tangan Chrisye, terjadi hal yang tidak biasa. Ketika berlatih di kamar, baru dua baris Chrisye menangis, mencoba lagi, menangis lagi. Dan begitu berkali-kali.
Menurut Chrisye, lirik yang dibuat adalah satu-satunya lirik paling dahsyat sepanjang karirnya. Ada kekuatan misterius yang mencekam dan menggetarkan. Setiap menyanyi dua baris, air mata sudah membanjir. Yanti, istri Chrisye, sampai syok melihat hal tidak biasa tersebut.
Lirik lagu tersebut begitu merasuk kalbu dan menghadapkan kenyataan betapa manusia tidak berdaya ketika hari akhir tiba.

Sepanjang malam dia gelisah, lalu ditelponlah Taufiq dan diceritakan kegelisahannya. Taufiq mengatakan bahwa lirik lagu tersebut diilhami surat Yaasiin: 65. Disarankan kepada Chrisye, agar tenang.

Di studio rekaman hal itu terjadi lagi. Chrisye mencoba, tetapi baru dua baris sudah menangis. Dan berulang kali hasilnya sama. Erwin Gutawa yang menunggu sampai senewen. Yanti lalu shalat untuk khusus mendoakannya.

Akhirnya dengan susah payah, Chrisye berhasil menyanyikannya hingga selesai. Rekaman itu sekali jadi, tidak diulang karena Chrisye tak sanggup menyanyikannya lagi.

“Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan” [QS. Yaasiin(36): 65]


KETIKA TANGAN DAN KAKI BERKATA
Lirik: Taufiq Ismail
Lagu: Chrisye
Akan datang hari mulut dikunci
Kata tak ada lagi
Akan tiba masa tak ada suara
Dari mulut kita
Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita bila harinya
Tanggung jawab tiba
Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya… sempurna
Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu… yang hina

Sumber: http://www.jamilazzaini.com/chrisye-taufik-ismail-dan-surat-yaasiin-65/

(Ditulis kembali oleh Yadi Suryadi)

Rabu, 10 Agustus 2016

Taman Bacaan Masyarakat Akan Terus Dikembangkan



Serang (Antara News) - Dinas Pendidikan (Dindik) Pemerintah Provinsi Banten akan terus mengembangkan taman bacaan masyarakat (TBM) dalam rangka mendorong budaya gemar membaca di kalangan masyarakat

"Dengan meningkatnya budaya membaca diharapkan masyarakat dapat mendalami ilmu pengetahuan sehingga akan meningkatkan indeks pembangunan manusia," kata Kepala Bidang Pendidikan Non Formal  dan Informal (PNFI) Dinas Pendidikan (Dindik) Provinsi Banten Teti Elwati saat dihubungi di Lebak, Jumat.

Teti mengatakan akan terus mensosialisasikan kepada pengelola TBM di Kabupaten Lebak dan Kabupaten Pandeglang agar masyarakat di daerah tersebut gemar membaca.

Menurut dia, harus ada peran aktif dari pengelola TBM mengingat minat baca di kedua kabupaten tersebut masih sangat rendah.

"Kami berharap masyarakat lebih banyak membaca, karena satu buku manfaatnya cukup besar untuk memperkaya pengetahuan dan wawasan," katanya.

Menurut dia, tujuan budaya membaca tersebut adalah untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat yang memiliki ketrampilan dan bersikap maju.

Selain itu juga melahirkan kemandirian melalui kegiatan membaca, menulis, berhitung dan bersastra.
Karena itu, pihaknya mendorong TBM sebagai sarana tempat membaca di masyarakat dapat mendukung pengembangan budaya baca.

Sebab budaya baca juga merupakan program pendidikan masyarakat.

"Kami yakin jika membaca itu dibudayakan maka dipastikan pengetahuan masyarakat juga meningkat," katanya.

Kepala Seksi TBM Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Lebak Iriawan mengatakan untuk menumbuhkan gemar membaca di masyarakat ditempuh dengan cara jemput bola melalui pengoptimalan kendaraan perpustakaan keliling.

Mereka petugas membawa kendaraan perpustakaan keliling itu ke tempat keramaian pada pagi hari, seperti di Alun-Alun Multatuli.

Perpustakaan keliling juga mendatangi pelayanan Rumah Tahanan (Rutan) Rangkasbitung, sekolah-sekolah, masyarakat, kantor kecamatan, kelurahan, dan desa.

Selain itu, pihaknya menerima permintaan layanan perpustakaan keliling dari pondok pesantren dan masyarakat.

"Kami siap mendatangi permintaan perpustakaan keliling dengan gratis," katanya.

Ia mengharapkan pengunjung yang membaca buku perpustakaan itu mengajak teman-teman lainnya untuk dapat mengakses bacaan buku secara gratis.

Mereka pengunjung diperbolehkan meminjam buku-buku, namun mereka harus memenuhi persyaratan agar buku perpustakaan tidak hilang.

Selama ini, katanya, pelajar Lebak seringkali meraih prestasi di bidang akademik di tingkat nasional maupun internasional melalui layanan perpustakaan setempat.

Prestasi itu, kata dia, bukti bahwa masyarakat Lebak gemar membaca buku-buku guna meningkatkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

"Kami terus mendorong masyarakat agar gemar membaca menjadikan budaya masyarakat karena manfaatnya cukup besar bagi peningkatan SDM. Sebab melalui bacaan orang akan terinspirasi untuk membangkitkan semangat dari tulisan bacaan buku itu," katanya

Sumber : ANTARA
(Ditulis kembali oleh Yadi Suryadi)

Kamis, 04 Agustus 2016

Pelatihan Web Blog Madrasah




Komunitas GEG East Jakarta yang dipimpin oleh bapak Catur Yoga Meiningdias guru MAN 9 Jakarta membuat gebrakan baru lagi, dengan mengadakan kegiatan Pelatihan 100 Web Blog Guru Madrasah secara online di http://learning.madrasah.id. Untuk guru-guru Madrasah yang berminat dapat mendaftar di alamat link: http://gegej.madrasah.id, kuota pelatihan dibatasi hanya 250 peserta, kegiatan ini gratis dan mendapatkan sertifikat pelatihan.
Kegiatan ini di dukung oleh MGMP TIK MTS/MA DKI Jakarta, GEG East Jakarta dan AGTIFINDO  yang nantinya pelatihan ini dilanjutkan dengan kegiatan seminar dan akan mengumumkan peserta terbaik Pelatihan 100 Web Blog Guru Madrasah.
Tujuan pelatihan ini melatih guru-guru Madrasah untuk mengembangkan kompetensinya dalam kegiatan literasi, yaitu Literasi Digital. Dengan memiliki Web Blog dengan identitas Madrasah (user.madrasah.id) guru dapat menulis dan menuangkan ide-ide pembelajaran yang dapat dimanfaatkan oleh guru lain maupun peserta didik. Mari bergabung bersama kami dalam kegiatan Literasi Digital dengan membuat media pelajaran online berbasis Online Web Blog Guru.
(Ditulis Kembali oleh Yadi Suryadi)

Sabtu, 30 Juli 2016

KBM Pertama di SMA Daruttaufiq



Selamat malam Blogger, jam menunjukkan 19:04 ketika saya mulai menulis Blog ini. Hari ini saya amat bahagia karena bisa bertemu dengan murid-murid ku di SMAI Daruttaufiq. Masya Allah mereka bersemangat sekali mengikuti pelajaran padahal kalau di fikir-fikir mata pelajaran Ekonomi tuh nge-bosenin guys......., betapa tidak bosen coba, ketika kelas 2 SMA teman-teman ku pada bolos ikut kelas ekonomi, alasan mereka sederhana. Males. dan saya akui bahwa mata pelajaran ekonomi ini membosankan. Namun apa daya,,,,, Allah SWT telah mentakdirkan saya menjadi guru ekonomi dan bahkan saya kuliah di jurusan ekonomi akuntansi. 

Ini adalah perjalanan hidup yang harus di tempuh, mana mungkin saya  melawan takdir Allah yang telah digariskan, yang pasti ternyata setelah di jalani lalu dinikmati ternyata mengajar ekonomi itu enak jika bisa membawa suasana kelas menjadi kondusif pasti akan berjalan sesuai rule.

Saya datang ke sekolah terlambat 30  menit dan saya malu datang terlambat namun setelah memberi penjelasan kepada anak-anak, Alhamdulillah mereka memahaminya, jadilah saya seorang guru yang punya ilmu yang tidak seberapa ini mengajarkan mata pelajaran yang sama sekali diluar perkiraan saya sendiri. 

Meski saya bahagia, saya pun sedikit kesal dan marah tapi hanya di hati saja, ketika lagi asyik-asyiknya ice breaking dengan anak-anak kelas X, eh bu FH malah menegur kalau saya jangan berisik, "Seenaknya sekali, padahal saya cuma sebentar ngasih permainan" saya merasa gimanaaaaa gitu, Ikhlaskan saja lah, karena Allah Maha Tahu. Tahun ini SMA Daruttaufiq mengalami peningkatan jumlah Siswa dan mudah-mudahan mereka semua betah dan dapat mengikuti pelajaran dengan baik. Aamiin.

Kamis, 30 Juni 2016

Amalan-amalan dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan



(Arrahmah.com) – Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah masa-masa emas untuk mendulang pahala dan ampunan Allah Ta’ala. Dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan-lah ada perintah untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan pula ada perintah mencari lailatul qadar.
Berikut ini beberapa amalan yang semestinya kita kerjakan dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, untuk menggapai ampunan Allah Ta’ala dan meraih lailatul qadar.
1. Menjaga shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid
«مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوبَهُ»
Barangsiapa berwudhu dengan sempurna untuk melaksanakan shalat, kemudian ia berjalan kaki menuju shalat wajib, sehingga ia melaksanakan shalat wajib tersebut bersama masyarakat, atau berjama’ah, atau di masjid, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya. (HR. Muslim no. 232)

2. Melaksanakan shaum Ramadhan
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

3. Melaksanakan shalat tarawih dan witir
«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barangsiapa melakukan shalat malam Ramadhan (tarawih dan witir) karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)

3. Diutamakan melaksanakan shalat tarawih dan witir secara berjama’ah di masjid sampai selesai bersama dengan imam.
Jika kita memiliki “kebiasaan buruk” shalat tarawih di masjid hanya beberapa raka’at saja bersama imam, lalu berhenti dan tidak mengikuti shalat imam, hanya karena kita sibuk ngobrol, sibuk main HP, atau bahkan berniat akan shalat witir sendiri nanti malam di rumah; maka sebaiknya kita merubah hal itu. Sangat dianjurkan untuk shalat tarawih dan witir bersama dengan imam di masjid, sehingga selesai dan salam bersama imam, berdasar hadits shahih:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ»
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Jika seseorang melakukan shalat [tarawih dan witir] bersama imam sampai selesai, niscaya dicatat baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Daud no. 1375, Tirmidzi no. 806, An-Nasai no. 1364, Ibnu Majah no. 1327 dan lain-lain. Dinyatakan shahih oleh At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Syu’aib al-Arnauth, al-Albani dan lain-lain)

5. Bersungguh-sungguh dalam mengisi waktu malam dan siang dengan memperbanyak ibadah.
Terlebih pada waktu malam, diutamakan untuk memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, doa, dzikir, istighfar, dan amal kebajikan lainnya. Diutamakan pula tidak melakukan hubungan suami-istri dan lebih mengutamakan ibadah mahdhah kepada Allah Ta’ala. Hendaknya seorang kepala rumah tangga mengajak serta istri dan anak-anaknya untuk memperbanyak ibadah kepada Allah Ta’ala.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ»
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam jika telah datang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah beliau menghidupkan waktu malam [dengan ibadah], membangunkan keluarga [istri-istrinya], bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mengencangkan sarungnya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

6. Memperbanyak sedekah dan infak
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ»
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam adalah orang yang paling dermawan dan saat beliau paling dermawana adalah di bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemui beliau. Malaikat Jibril senantiasa menemui beliau pada setiap malam dalam bulan Ramadhan untuk saling mempelajari Al-Qur’an. Pada saat itu Rasulullah lebih dermawan dalam melakukan amal kebajikan melebihi (cepat dan luasnya) hembusan angin.” (HR. Bukhari no. 6 dan Muslim no. 2308)

7. I’tikaf
Disunahkan melakukan i’tikaf selama sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan bagi orang yang memiliki kemampuan dan tidak memiliki halangan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا،: «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ»
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian para istri beliau melakukan i’tikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)

8. Ribath dan jihad di jalan Allah Ta’ala
Bulan Ramadhan adalah bulan ribath dan jihad. Banyak peperangan besar dalam sejarah Islam terjadi di bulan suci Ramadhan. Berjaga-jaga di medan perang dan berperang untuk menegakkan syariat Allah dan membela keselamatan nyawa kaum muslimin di bumi jihad Suriah, Irak, Afghanistan, Somalia, Mali, Chechnya dan Rohingnya pada bulan suci Ramadhan merupakan amalan yang sangat dianjurkan.
Hadits shahih telah menjelaskan keutamaan sehari berperang di jalan Allah dalam kondisi berpuasa:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا»
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah [yaitu dalam kondisi berjihad] niscaya Allah akan menjauhkan wajahnya [yaitu dirinya] dari neraka sejauh 70 musim gugur [yaitu 70 tahun].” (HR. Bukhari 2840 dan Muslim no. 1153)
Hadits di atas disebutkan oleh imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukharinya, pada kitab Jihad was Siyar, bab fadhlu shaum fi sabilillah. Para ulama hadits lainnya juga menempatkan hadits ini dalam pembahasan jihad fi sabilillah. Artinya, makna fi sabilillah dalam hadits tersebut adalah berperang semata-mata untuk menegakkan syariat Allah dan membela kaum muslimin yang tertindas. Wallahu a’lam bish-shawab.
Hal yang menguatkan hal itu adalah hadits tersebut diriwayatkan dari jalur sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafal:
مَا مِنْ مُرَابِطٍ يُرَابِطُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَصُومُ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلاّّ بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
Tidak ada seorang murabith pun yang berjaga-jaga di jalan Allah lalu ia berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya [yaitu dirinya] dari neraka sejauh 70 musim gugur [yaitu 70 tahun].” (HR. Abu Thahir adz-Dzuhli dalam Al-Fawaid. Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 6/48)

Imam An-Nawawi berkata: “Hadits ini dibawa pada pengertian apabila puasa tidak membahayakan dirinya, tidak membuatnya meninggalkan suatu kewajiban, tidak membuat peperangannya melemah dan tidak melemahkannya dari tugas-tugas lainnya dalam peperangannya.” (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 8/33)

Imam Ibnu Daqiqil ‘Ied berkata: “Sabda beliau di jalan Allah, menurut ‘urf (kebiasaan) mayoritas penggunaan istilah ini adalah untuk perkara jihad.” (Ibnu Daqiqil ‘Ied, Ihkam al-Ahkam Syarh Umdat al-Ahkam, 2/37)

Imam Ibnul Jauzi al-Hambali berkata: “Jika disebutkan lafal jihad begitu saja [tanpa ada kata lain yang mengiringinya] maka maknanya adalah jihad.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, 6/48)
Hadits-hadits shahih juga telah menjelaskan keutamaan ribath di jalan Allah.
عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللهِ أَفْضَلُ، وَرُبَّمَا قَالَ: خَيْرٌ، مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَمَنْ مَاتَ فِيهِ وُقِيَ فِتْنَةَ القَبْرِ، وَنُمِّيَ لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
Dari Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Berjaga-jaga [di medan perang] selama sehari-semalam itu lebih utama daripada puasa selama satu bulan penuh dan shalat malam selama sebulan penuh, dan jika ia mati saat menjalankan tugas jaga tersebut niscaya ia akan aman dari [siksaan] dua malaikat kubur dan amal yang biasa ia kerjakan akan terus mengalir pahalanya sampai hari kiamat.” (HR. Muslim no. 1913 dan 

Tirmidzi no. 1665, dengan lafal Tirmidzi)
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ يَوْمٍ فِيمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَنَازِلِ»
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Berjaga-jaga satu hari di [medan perang] di jalan Allah itu lebih baik dari 1000 hari di tempat selainnya.” (HR. Tirmidzi no. 1667, An-Nasai no. 3169, hadits hasan)
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
لَأَنْ أُرَابِطَ لَيْلَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ أَنْ أَقُومَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ
“Berjaga-jaga di medan perang di jalan Allah selama semalam adalah lebih aku sukai daripada saya melakukan shalat tarawih dan witir pada malam lailatul qadar di sisi Hajar Aswad.” (Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, 28/6)

9. Umrah Ramadhan
Keutamaan umrah di bulan suci Ramadhan dijelaskan dalam hadits shahih:
«فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً»
“Jika datang bulan Ramadhan, maka lakukanlah olehmu umrah, sebab umrah pada bulan tersebut setara [pahalanya] dengan [pahala] haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256)
«فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً أَوْ حَجَّةً مَعِي»
Sesungguhnya [pahala] umrah di bulan suci Ramadhan itu setara dengan pahala haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863 dan Muslim no. 1256)
Hukum umrah menurut kesepakatan ulama adalah sunnah. Ketika dalam satu waktu yang sama seorang muslim dihadapkan kepada dua pilihan, melaksanakan amalan wajib dan amalan sunnah, maka amalan wajib harus didahulukan atas amalan sunnah. Terlebih jika meninggalkan amalan wajib tersebut mengakibatkan bencana besar terhadap agama, nyawa, harta, kehormatan dan akal kaum muslimin.
Umrah di bulan Ramadhan, betatapun besar pahalanya, adalah amalan sunnah. Pada saat yang sama umat Islam memiliki amalan lain yang sifatnya wajib, yaitu membantu jutaan kaum muslimin di Suriah dan Rohingnya yang terancam keselamatan nyawa dan akidahnya. Jutaan muslim Suriah dikepung dan dibombardir oleh pasukan rezim Nushairiyah dan milisi-milisi Syiah. Kaum muslimin Suriah kekurangan makanan, obat-obatan, senjata dan amunisi. Mereka berada di antara dua bahaya; mati karena kelaparan atau mati karena dibantai oleh pasukan Nushairiyah dan milisi Syiah.
Banyak dalil dari Al-Qur’an dan as-sunnah yang memerintahkan kita untuk membantu dan menyelamatkan saudara-saudara kita yang tertindas, kelaparan dan terancam keselamatan nyawa dan akidah mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
Dan tolong-menolonglah kalian dalam amal kebajikan dan ketakwaan. (QS. Al-Maidah [5]: 2)
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3)
Tahukah engkau orang yang mendustakan hari pembalasan (hari kiamat)? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. (QS. Al-Ma’un [107]: 1-3)
Hadits-hadits shahih memerintahkan kita untuk memperhatikan kesengsaraan sesama kaum muslimin.
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” فُكُّوا العَانِيَ، يَعْنِي: الأَسِيرَ، وَأَطْعِمُوا الجَائِعَ، وَعُودُوا المَرِيضَ “
Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Bebaskanlah muslim yang tertawan musuh, berilah makanan orang yang lapar dan tengoklah orang yang sakit!” (HR. Bukhari no. 3046)
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Perumpamaan kaum beriman dalam sikap saling mencintai, menyayangi dan menyantuni adalah seperti sebuah tubuh, jika satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan sulit tidur malam dan demam panas.” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586, dengan lafal Muslim)
Infak untuk membantu dan menyelamatkan kaum muslimin Suriah dan Rohingnya adalah kewajiban, bukan sekedar amalan sunnah. Adapun umrah di bulan Ramadhan adalah amalan sunnah dan masih mungkin dilakukan tahun-tahun mendatang. Seorang muslim yang cerdas dan memiliki kesadaran ukhuwah akan mendahulukan infak untuk kaum muslimin Suriah dan Rohingnya yang manfaatnya bisa dirasakan ratusan ribu orang, daripada mengerjakan umrah Ramadhan yang manfaatnya terbatas untuk dirinya sendiri.
Saat seorang muslim mengeluarkan belasan bahkan puluhan jutanya untuk melaksanakan Umrah Ramadhan yang nilainya sunnah, dan ia tidak menginfakkan sebanyak mungkin harta untuk kaum muslimin di Suriah dan Rohingnya yang nilainya wajib, maka akibatnya sangat fatal; puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu kaum muslimin akan mati kelaparan atau mati dibantai, masjid-masjid akan dihancurkan, agama kekafiran Nushairiyah dan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah akan berjaya.
Saudaraku seislam dan seiman…
Inilah di antara amal-amal shalih yang seharusnya menjadi konsentrasi kita pada sepuluh hari terakhir dari bulan suci Ramadhan. Semoga Allah mengaruniakan ampunan, lailatul qadar dan ridha-Nya kepada kita. Wallahu a’lam bish-shawab.

(Sumber : arrahmah.com)
(Ditulis kembali oleh Yadi Suryadi)