Iklan

Jumat, 05 Juni 2015

Perkawinan dalam Islam sesuai dengan Naluri Manusia

    Secara alamiah manusia sama seperti hewan, yakni mencari pasangan, berhubungan seks, dan berkembang biak menruskan garis keturunan, tetapi manusia berbeda dengan hewan, selain mempunyai naluri manusia pun mempunyai akal. Hewan tidak mempunyai rasa malu sehingga ia bebas menuruti nalurinya, kapan dan dimana  saja ia dapat berhubungan seks, tanpa batasan dan aturan.

    Manuasia adalah makhluk hidup yang mulia dan bermartabat. Sebagai makhluk berakal, sungguh tidak pantas, jika manusia berperilaku seperti hewan. Untuk itulah, Allah SWT mensyariatkan perkawinan untuk mengatur hubungan manusia yang berlainan jenis dalam sebuah hubungan yang menjaga nilai-nilai kemuliaan dan ketinggian martabat.

    Disyariatkan perkawinan dalam Islam ini, jelas sekali sesuai dengan naluri manusia. Perhatikan firman Allah dalam QS. Al-A'raf ayat 189 ini

 هو الذى خلقكم من نفس واحدة وجعل منها زوجها لىسكن الىهاة فلما تغشها حملت حملا خفىفا فمرت به فلما اثقلت دعوا الله ربهما لئن اتىتنا صلحا النكو نن من اشكرىن       
(الاعراف:189)

    "Dia-lah yang menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya, Dia menciptakan isterinya, agar dia merasa senang kepadanya. Maka setelah dicampurinya, isterinya itu mengandung kandungan yang ringan dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian tatkala dia merasa berat, keduanya (suami isteri) bermohon kepada Allah, Tuhannya seraya berkata: "Sesungguhnya jika Engkau memberi kami anak yang sempurna, tentulah kami termasuk orang-orang yang bersyukur" (QS. Al-A'raf189).

    Dari ayat tersebut jelas diterangkan bahwa perkawinan adalah sarana yang sesuai  dan tepat untuk memenuhi kebutuhan naluri manusia secara aman, tenang dan tenteram.

     
      Manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan bisa hidup tanpa orang lain, oleh sebab itu, setiap orang pasti menginginkan ada orang  lain yang menjadi pasangan  dalam hidupnya. 

      Ayat diatas menerangkan bahwa manusia itu berasal dari satu jenis laki-laki saja yang kemudian daripadanya diciptakan jenis lainnya untuk menjadi pasangannya yakni wanita.

      Di dalam Al-Qur'an, tidak ada ketegasan yang pasti bahwa diri yang sati jenis itu (Nafsiw Wahidah) adalah Adam dan pasangannya Hawa. Dengan demikian, para ilmuwan boleh saja menyelidiki siapa sebenarnya yang dimaksud satu jenis itu.

      Asal manusia itu, Adam dan bukan? Jawaban dan pendapat para ahli tafsir menyebutkan, bahwa asal  muasal manusia itu, adalah dari satu jenis laki-laki saja yang bernama Adam. Dari Adam lalu diciptakan jenis manusia lain yakni seorang wanita  yang bernama Hawa. Dari kedua jenis inilah, kemudian manusia berkembang biak terus menerus hingga menyebar ke seluruh pelosok dunia.

     Bukankah karena keinginan adanya teman hidup bagi Adam, Allah menciptakan Hawa yang berjenis perempuan untuknya. Hawa itu sendiri artinya adalah keinginan karena dorongan nafsu. Jadi Hawa diciptakan sebagai pasangan hidup bagi Adam , agar Adam dapat  menyalurkan keinginannya, dan merasa senang dan bahagia denga kehadiran Hawa di sisinya.

Ditulis oleh : Yadi Suryadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar