Catatan Dr.
Aidh Al Qarni
Setelah Yusuf
A.S. berhasil meraih kekuasaan, menyaksikan bukti mimpinya, berkumpul kembali
bersama keluarganya dan menduduki jabatan yang tinggi dalam pemerintahan, ia
tidak lupa untuk menyatakan keinginan dan cita-citanya yang teramat mulia. Ia
berdoa kepada Allah SWT, “Wafatkanlah aku
dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku dengan orang-orang yang saleh.” (QS.
Yusuf: 101) Sungguh sebuah keinginan yang sangat mulia yang didambakan oleh
seorang yang berakal cerdas, sebuah harapan yang teramat luhur yang diinginkan
oleh seorang hamba yang saleh dan sadar.
Masalah akhir
perjalanan hidup merupakan masalah besar. Ia menyangkut hasil perjuangan dan
usaha yang dilakukan sepanjang hayat. Ia menentukan tempat kembali dan balasan
seseorang di akhirat. Mati dalam keadaan Islam dan digabungkan bersama
orang-orang yang saleh bukanlah perkara mudah. Seseorang bisa saja mendapatkan
segala keinginannya sewaktu di dunia, tapi kemudian ia mati tidak dalam keadaan
Islam. Bisa saja ia meraih jabatan tinggi, harta berlimpah, istri cantik dan
tempat tinggal megah, tapi ia mati tidak dalam keadaan Islam. Seseorang bisa
saja meraih popularitas, kecerdasan, pengaruh yang sangat besar dan pengikut
sangat banyak, tapi kemudian mati tidak dalam keadaan Islam. Jika seseorang
mati tidak dalam keadaan Islam, maka harta, kedudukan, jabatan, kekuasaan,
persahabatan dan apapun tidak dapat menolongnya.
Dari sini
keinginan dan cita-cita Yusuf A.S. untuk wafat dalam keadaan Islam dan digabungkan
bersama orang-orang yang saleh merupakan keinginan dan harapan yang paling
agung diantara keinginan dan harapan yang dimiliki siapapun. Orang-orang jahat
boleh mendapatkan apa yang mereka inginkan, orang-orang sesat dapat meraih apa
yang mereka impikan, tetapi dalam daftar keinginan dan dambaan mereka tidak ada
cita-cita untuk mati dalam keadaan Islam. Diantara mereka ada yang menghabiskan
umurnya dengan kesenian dan menemukan kepuasannya dalam bidang itu. Ada juga
yang “dingin”, lalai dan menghabiskan waktu-waktunya di depan televisi. Dan ada
juga yang bodoh dan tergila-gila oleh dunia. Mereka itu sejatinya orang-orang
mati, tidak mempunyai kehidupan dan tidak pernah peduli dalam keadaan bagaimana
kelak mereka akan dibangkitkan.
Sumber: Kitab Hakadza Haddatsatana Al-zaman –
Dr. Aidh Abdullah Al Qarni
Tidak ada komentar:
Posting Komentar