Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu`alaikum
Warahmatullahi Wabarakatuh
Innalhamdalillah
nahmaduhu wanasta`inuhu wanastaghfiruh, wa na`udzu billahi min syururi
anfusina, wa min sayyiati a`malina, man yahdihillahu fala mudillalah wa ma man
yudllilhu fala hadiyalah. Allahumma sholli `ala sayyidina Muhammad wa `ala
sayyidina Muhammad.
Ikhwah
Fillah, bahwasanya kajian materi pengajian di Masyarakat itu ringkasnya ada 3
masalah:
1.
Akidah
2.
Syari`ah
3.
Akhlaq
Akidah
dapat kita pelajari dalam kitab Tauhid, lalu Syari`ah dapat kita pelajari dalam
Kitab-kitab Ilmu Fiqih, selanjutnya kajian pelajaran Akhlaq dapat kita pelajari
dalam kitab Tasawuf.
Ikhwatu
Fillah rahimakumullah, dalam masalah akidah pada setiap ajaran yang diajarkan
oleh para Nabi yang dimulai dari Nabi Adam As hingga Nabi Muhammad SAW pokok ajarannya
sama yaitu masalah Dinul Islam atau Agama Islam yang titik sentral ajarannya
adalah Tauhid kepada Allah SWT atau Meng-Esakan-Nya.
Dalam
masalah Syari`ah, Allah SWT melalui para Nabi mengajarkan bahwa di tiap-tiap
masa dan Nabi berbeda-beda Syari`ah atau pokok ajaran hukumnya. Syari`ah Nabi
Adam As berbeda dengan Syari`ah Nabi Yaqub, berbeda pula dengan Syari`ah Nabi
Musa hingga Syari`ah Nabi Muhammad SAW. Dalam Syari`ah Nabi Adam As misalnya
dalam masalah pernikahan, Anak-anak Nabi Adam As boleh menikah antara kakak dan
adik. Karena Siti Hawa melahirkan anak kembar dua dua, yang satu Qabil dan
Iqlima yang kedua Habil dan labuda, dalam ajarannya Nabi Adam As melarang
pernikahan antara Qabil dan Iqlima karena masih dalam satu waktu lahirnya lalu
Nabi Adam As pun menikahkan Qabil dengan Labuda kemudian Habil dengan
Iqlima, walaupun hal itu tidak diinginkan oleh Qabil karena saudara kembarnya
itu cantik dan Qabil menginginkan si Iqlima menjadi Istrinya, maka dari
pernikahan keempat anak Nabi Adam inilah perselisihan antar manusia dimulai
dengan diakhiri pembunuhan Qabil kepada Habil yang merupakan pembunuhan pertama
yang dilakukan oleh manusia karena sikap serakah dan dengkinya Qabil terhadap
Habil saudaranya itu.
Ikhwatu
Fillah, kemudian kita teliti lagi masalah Syari`ah nya Nabi Yaqub, ketika
zamannya Nabi Yaqub diperbolehkan poligami antara dua saudara sedarah, Nabi
Yaqub punya istri dan dikaruniai sepuluh orang anak (Cikal bakal orang yahudi)
dan si adik istrinya itu disukai oleh Nabi Yaqub dan Nabi Yaqub pun menikahi
adik iparnya itu dan lahirlah Nabi Yusuf dan saudaranya Bunyamin. Namun,
pernikahan seperti ini setelah Rasulullah SAW diutus Allah SWT untuk
meyempurnakan ajaran Islam, Syari`at ini dihapus dan Rasul SAW melarang
Poligami antara dua saudara sekandung kecuali salah satunya meninggal barulah
kakak atau adiknya dinikahi.
Ajaran
Islam memang ajaran satu-satunya yang diridloi oleh Allah SWT, melalui ayat
ketiga surat Al-Maidah. Ikhwati fillah yang dirahmati oleh Allah SWT, dalam
menyangkut Syari`ah di negara kita Indonesia, sudah pasti dan paham bahwa
negara kita menganut ajaran Pancasila namun patut kita pahami pula bahwasanya
kelima asas Pancasila ini di susun berdasarkan Al-Qur`an dan Hadis, karena
Pancasila sebenarnya merupakan implementasi ajaran Islam dan Al-Qur`an sudah
menjelaskan isi dari kelima asas Pancasila ini.
Sila
Pertama : "Ketuhanan Yang Maha Esa"
Sila
ini sebetulnya ditunjukkan kepada umat Islam, karena Al-Qur`an telah
menjelaskan di surat Al-Ikhlas ayat pertama "Qul huallahu ahad"
bahwasanya Tuhan itu satu.
Sila
Kedua : "Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab"
Sila
ini bahwasanya Islam mengajarkan tentang arti memanusiakan manusia yang beradab
Sila
Ketiga, Keempat dan Kelima merupakan isi dari ayat Al-Qur`an yang menjelaskan
secara sistematis tentang Keshalihan individual dan Keshalihan sosial. Masya
Allah......, betapa luar biasanya para pendiri Negara kita, karena sebetulnya
mereka telah menyiapkan seluruh dasar negara ini setelah memahami Al-Qur`an dan
para pendiri Negara kita sebetulnya tidak ingin menyinggung perasaan umat agama
lain di Nusantara ini dan hal ini terbukti dalam Piagam Jakarta sila pertama “Ketuhanan
dengan menjalankan Syaria`t Islam bagi para Pemeluk-pemeluknya”.
Bahwasanya
tim sembilan yang dipimpin oleh Bung Karno yang anggotanya
mayoritas Islam dan hanya satu yang non-Muslim yakni Mr. Aa Maramis sudah
setuju, sudah ketuk palu bahwa sila pertama itu berbunyi demikian, namun entah
mengapa ketika esoknya sila pertama dengan 7 kalimat itu dibuang dan dibacakan
"Ketuhanan Yang Maha Esa", sebenarnya umat Islam tersakiti dan
dikecewakan namun Taqdir tidak bisa dipungkiri dan umat Islam harus menerima
kenyataan pahit ini, dan untuk menghormati seluruh ajaran agama di Indonesia
maka Pancasila sila pertama adalah "Ketuhanan Yang Maha Esa"
Ikhwatu
fillah yang drahmati oleh Allah SWT selanjutnya, kita akan membahas sedikit tentang
masalah tegaknya Islam di Indonesia melalui ibrah dari Jenderal Besar Sudirman.
Dalam literatur yang saya baca di internet rata-rata 70 % menjelaskan kehebatan
Jenderal Sudirman dalam berperang dan kecintaan beliau pada Negara, namun
dibalik itu semua, Jenderal Besar Sudirman adalah seorang da`i yang taat
beragama. Jenderal Sudirman sebelum berkiprah di kemiliteran sebetulnya adalah
seorang Guru di HIS Muhammadiyah Cilacap, sewaktu muda beliau masuk organisasi
kepanduan Muhammadiyah yang bernama Hizbul Wathon, dan disinilah Keterampilan-keterampilan
kemiliteran Jenderal Sudirman di asah, ketika beliau mengajar di HIS
Muhammadiyah, tentara Jepang telah sampai di Indonesia dan melucuti tentara
Belanda dan akhirnya menguasai Indonesia, Naluri untuk mengusir penjajah dengan
semangat jihad fissabilillah Pak Dirman Membara dan tergerak hatinya untuk
kemerdekaan Republik ini, dengan memohon izin kepada pengurus HIS Muhammadiyah
di Cilacap berangkatlah Pak Dirman ke Bogor untuk mengikuti pelatihan Tentara
Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor, begitu lulus pelatihan pak Dirman diangkat
menjadi Panglima Divisi V/banyumas lalu ketika Tentara Keamanan rakyat
dibentuk, Pak Dirman diangkat menjadi Panglima Besar (Panglima Angkatan Perang
Republik Indonesia) dengan pangkat Jenderal bintang lima pertama dan termuda sepanjang
sejarah TNI.
Ikhwatu
Fillah rahimakumullah, ketika agresi militer II Belanda (Aksi Polisionil)
Ibukota Negara Yogyakarta (Ibukota pada waktu itu karena Kota Jakarta sudah
tidak aman) jatuh ke tangan Belanda dan Presiden beserta Perdana Menteri Ir.
Sukarno dan Bung Hatta ditangkap dan diasingkan, otomatis NKRI mengalami
"vakum of power" dan tanpa dikomandoi, Mr. Syafrudin Prawiranegara
membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi dan berperan
sebagai Presiden, hal ini terjadi agar Indonesia di mata Internasional tetap
eksis dan tetap ada di dunia sehingga Belanda mendapat tekanan Internasional
agar segera pergi meninggalkan Indonesia, dan inilah babak baru pemerintah yang
dipimpin Syafrudin Prawiranegara, dengan tetap melakukan diplomasi ke dunia
Internasional melalui PBB dan akhirnya Belanda dapat pergi dari Yogyakarta,
namun ketika Belanda pergi dan Bung Karno dan Bung Hatta dibebaskan oleh
Belanda ada satu hal yang sangat disayangkan oleh Jenderal Besar Sudirman,
kenapa tampuk kekuasaan diserahkan kembali kepada Bung Karno dan Bung Hatta,
kalau saja tetap kepada kita (Umat Islam) kekuasaan itu dipegang, sesungguhnya
kita bisa, mungkin itulah mengapa Jenderal Sudirman sangat-sangat kecewa kepada
pak Syafrudin, andai saja Pak Syafrudin ada dihadapan beliau tentu saja mungkin
Pak Syafrudin ini di kasih pemahaman bahwa kita sebagai umat Islam mampu untuk
memimpin Negara, namun itulah taqdir-Nya yang sudah digariskan Indonesia tetap
tegak berdiri dibawah naungan Illahi Rabbi dengan asasnya Pancasila dan
Indonesia takkan ada tanpa Perjuangan Para pendahulu dan Pendiri Negara ini.
Mungkin
inilah sekelumit materi pengajian malam jum`at ini yang insya Allah membuat
kita semangat untuk berjuang agar kalimat Allah tetap bergema di negeri ini dan
Insya Allah mari kita doakan agar pemerintah Islam dapat memimpin negara ini
dan dapat memimpin dunia pada waktunya.
Billahi
fissabilil haq
Wasalamu`alaikum
Warahmatullahi Wa Barakatuh
(Ditulis oleh Yadi Suryadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar