Iklan

Kamis, 30 Juni 2016

Amalan-amalan dalam 10 hari terakhir bulan Ramadhan



(Arrahmah.com) – Sepuluh hari terakhir di bulan Ramadhan adalah masa-masa emas untuk mendulang pahala dan ampunan Allah Ta’ala. Dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan-lah ada perintah untuk lebih bersungguh-sungguh dalam mendekatkan diri kepada Allah Ta’ala. Dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan pula ada perintah mencari lailatul qadar.
Berikut ini beberapa amalan yang semestinya kita kerjakan dalam sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan, untuk menggapai ampunan Allah Ta’ala dan meraih lailatul qadar.
1. Menjaga shalat lima waktu secara berjama’ah di masjid
«مَنْ تَوَضَّأَ لِلصَّلَاةِ فَأَسْبَغَ الْوُضُوءَ، ثُمَّ مَشَى إِلَى الصَّلَاةِ الْمَكْتُوبَةِ، فَصَلَّاهَا مَعَ النَّاسِ أَوْ مَعَ الْجَمَاعَةِ أَوْ فِي الْمَسْجِدِ غَفَرَ اللهُ لَهُ ذُنُوبَهُ»
Barangsiapa berwudhu dengan sempurna untuk melaksanakan shalat, kemudian ia berjalan kaki menuju shalat wajib, sehingga ia melaksanakan shalat wajib tersebut bersama masyarakat, atau berjama’ah, atau di masjid, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya. (HR. Muslim no. 232)

2. Melaksanakan shaum Ramadhan
«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ، إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barangsiapa melakukan puasa Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 38 dan Muslim no. 760)

3. Melaksanakan shalat tarawih dan witir
«مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا، غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»
Barangsiapa melakukan shalat malam Ramadhan (tarawih dan witir) karena keimanan dan mengharapkan pahala di sisi Allah, niscaya dosa-dosanya yang telah lalu akan diampuni. (HR. Bukhari no. 37 dan Muslim no. 759)

3. Diutamakan melaksanakan shalat tarawih dan witir secara berjama’ah di masjid sampai selesai bersama dengan imam.
Jika kita memiliki “kebiasaan buruk” shalat tarawih di masjid hanya beberapa raka’at saja bersama imam, lalu berhenti dan tidak mengikuti shalat imam, hanya karena kita sibuk ngobrol, sibuk main HP, atau bahkan berniat akan shalat witir sendiri nanti malam di rumah; maka sebaiknya kita merubah hal itu. Sangat dianjurkan untuk shalat tarawih dan witir bersama dengan imam di masjid, sehingga selesai dan salam bersama imam, berdasar hadits shahih:
عَنْ أَبِي ذَرٍّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «إِنَّ الرَّجُلَ إِذَا صَلَّى مَعَ الْإِمَامِ حَتَّى يَنْصَرِفَ حُسِبَ لَهُ قِيَامُ لَيْلَةٍ»
Dari Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Jika seseorang melakukan shalat [tarawih dan witir] bersama imam sampai selesai, niscaya dicatat baginya pahala shalat semalam suntuk.” (HR. Abu Daud no. 1375, Tirmidzi no. 806, An-Nasai no. 1364, Ibnu Majah no. 1327 dan lain-lain. Dinyatakan shahih oleh At-Tirmidzi, Ibnu Hibban, Syu’aib al-Arnauth, al-Albani dan lain-lain)

5. Bersungguh-sungguh dalam mengisi waktu malam dan siang dengan memperbanyak ibadah.
Terlebih pada waktu malam, diutamakan untuk memperbanyak shalat sunah, membaca Al-Qur’an, doa, dzikir, istighfar, dan amal kebajikan lainnya. Diutamakan pula tidak melakukan hubungan suami-istri dan lebih mengutamakan ibadah mahdhah kepada Allah Ta’ala. Hendaknya seorang kepala rumah tangga mengajak serta istri dan anak-anaknya untuk memperbanyak ibadah kepada Allah Ta’ala.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللهُ عَنْهَا، قَالَتْ: كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، «إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ، أَحْيَا اللَّيْلَ، وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ، وَجَدَّ وَشَدَّ الْمِئْزَرَ»
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Kebiasaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam jika telah datang sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan adalah beliau menghidupkan waktu malam [dengan ibadah], membangunkan keluarga [istri-istrinya], bersungguh-sungguh dalam beribadah dan mengencangkan sarungnya.” (HR. Bukhari no. 2024 dan Muslim no. 1174)

6. Memperbanyak sedekah dan infak
عَنِ ابْنِ عَبَّاسٍ، قَالَ: «كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدَ النَّاسِ، وَكَانَ أَجْوَدُ مَا يَكُونُ فِي رَمَضَانَ حِينَ يَلْقَاهُ جِبْرِيلُ، وَكَانَ يَلْقَاهُ فِي كُلِّ لَيْلَةٍ مِنْ رَمَضَانَ فَيُدَارِسُهُ القُرْآنَ، فَلَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَجْوَدُ بِالخَيْرِ مِنَ الرِّيحِ المُرْسَلَةِ»
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam adalah orang yang paling dermawan dan saat beliau paling dermawana adalah di bulan Ramadhan ketika malaikat Jibril menemui beliau. Malaikat Jibril senantiasa menemui beliau pada setiap malam dalam bulan Ramadhan untuk saling mempelajari Al-Qur’an. Pada saat itu Rasulullah lebih dermawan dalam melakukan amal kebajikan melebihi (cepat dan luasnya) hembusan angin.” (HR. Bukhari no. 6 dan Muslim no. 2308)

7. I’tikaf
Disunahkan melakukan i’tikaf selama sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan bagi orang yang memiliki kemampuan dan tidak memiliki halangan.
عَنْ عَائِشَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهَا،: «أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، كَانَ يَعْتَكِفُ العَشْرَ الأَوَاخِرَ مِنْ رَمَضَانَ حَتَّى تَوَفَّاهُ اللَّهُ، ثُمَّ اعْتَكَفَ أَزْوَاجُهُ مِنْ بَعْدِهِ»
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam selalu melakukan i’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai Allah mewafatkan beliau, kemudian para istri beliau melakukan i’tikaf sepeninggal beliau.” (HR. Bukhari no. 2026 dan Muslim no. 1172)

8. Ribath dan jihad di jalan Allah Ta’ala
Bulan Ramadhan adalah bulan ribath dan jihad. Banyak peperangan besar dalam sejarah Islam terjadi di bulan suci Ramadhan. Berjaga-jaga di medan perang dan berperang untuk menegakkan syariat Allah dan membela keselamatan nyawa kaum muslimin di bumi jihad Suriah, Irak, Afghanistan, Somalia, Mali, Chechnya dan Rohingnya pada bulan suci Ramadhan merupakan amalan yang sangat dianjurkan.
Hadits shahih telah menjelaskan keutamaan sehari berperang di jalan Allah dalam kondisi berpuasa:
عَنْ أَبِي سَعِيدٍ الخُدْرِيِّ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: سَمِعْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «مَنْ صَامَ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ، بَعَّدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا»
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Barangsiapa berpuasa sehari di jalan Allah [yaitu dalam kondisi berjihad] niscaya Allah akan menjauhkan wajahnya [yaitu dirinya] dari neraka sejauh 70 musim gugur [yaitu 70 tahun].” (HR. Bukhari 2840 dan Muslim no. 1153)
Hadits di atas disebutkan oleh imam Bukhari dalam kitab Shahih Bukharinya, pada kitab Jihad was Siyar, bab fadhlu shaum fi sabilillah. Para ulama hadits lainnya juga menempatkan hadits ini dalam pembahasan jihad fi sabilillah. Artinya, makna fi sabilillah dalam hadits tersebut adalah berperang semata-mata untuk menegakkan syariat Allah dan membela kaum muslimin yang tertindas. Wallahu a’lam bish-shawab.
Hal yang menguatkan hal itu adalah hadits tersebut diriwayatkan dari jalur sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dengan lafal:
مَا مِنْ مُرَابِطٍ يُرَابِطُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَيَصُومُ يَوْمًا فِي سَبِيلِ اللَّهِ إِلاّّ بَاعَدَ اللَّهُ وَجْهَهُ عَنِ النَّارِ سَبْعِينَ خَرِيفًا
Tidak ada seorang murabith pun yang berjaga-jaga di jalan Allah lalu ia berpuasa sehari di jalan Allah kecuali Allah akan menjauhkan wajahnya [yaitu dirinya] dari neraka sejauh 70 musim gugur [yaitu 70 tahun].” (HR. Abu Thahir adz-Dzuhli dalam Al-Fawaid. Fathul Bari Syarh Shahih al-Bukhari, 6/48)

Imam An-Nawawi berkata: “Hadits ini dibawa pada pengertian apabila puasa tidak membahayakan dirinya, tidak membuatnya meninggalkan suatu kewajiban, tidak membuat peperangannya melemah dan tidak melemahkannya dari tugas-tugas lainnya dalam peperangannya.” (An-Nawawi, Syarh Shahih Muslim, 8/33)

Imam Ibnu Daqiqil ‘Ied berkata: “Sabda beliau di jalan Allah, menurut ‘urf (kebiasaan) mayoritas penggunaan istilah ini adalah untuk perkara jihad.” (Ibnu Daqiqil ‘Ied, Ihkam al-Ahkam Syarh Umdat al-Ahkam, 2/37)

Imam Ibnul Jauzi al-Hambali berkata: “Jika disebutkan lafal jihad begitu saja [tanpa ada kata lain yang mengiringinya] maka maknanya adalah jihad.” (Ibnu Hajar al-Asqalani, Fathul Bari Syarhu Shahih al-Bukhari, 6/48)
Hadits-hadits shahih juga telah menjelaskan keutamaan ribath di jalan Allah.
عَنْ سَلْمَانَ، قَالَ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللهِ أَفْضَلُ، وَرُبَّمَا قَالَ: خَيْرٌ، مِنْ صِيَامِ شَهْرٍ وَقِيَامِهِ، وَمَنْ مَاتَ فِيهِ وُقِيَ فِتْنَةَ القَبْرِ، وَنُمِّيَ لَهُ عَمَلُهُ إِلَى يَوْمِ القِيَامَةِ
Dari Salman al-Farisi radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Berjaga-jaga [di medan perang] selama sehari-semalam itu lebih utama daripada puasa selama satu bulan penuh dan shalat malam selama sebulan penuh, dan jika ia mati saat menjalankan tugas jaga tersebut niscaya ia akan aman dari [siksaan] dua malaikat kubur dan amal yang biasa ia kerjakan akan terus mengalir pahalanya sampai hari kiamat.” (HR. Muslim no. 1913 dan 

Tirmidzi no. 1665, dengan lafal Tirmidzi)
عَنْ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ يَقُولُ: سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ: «رِبَاطُ يَوْمٍ فِي سَبِيلِ اللَّهِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ يَوْمٍ فِيمَا سِوَاهُ مِنَ الْمَنَازِلِ»
Dari Utsman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: Aku telah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Berjaga-jaga satu hari di [medan perang] di jalan Allah itu lebih baik dari 1000 hari di tempat selainnya.” (HR. Tirmidzi no. 1667, An-Nasai no. 3169, hadits hasan)
Sahabat Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu berkata:
لَأَنْ أُرَابِطَ لَيْلَةً فِي سَبِيلِ اللَّهِ أَحَبُّ إلَيَّ مِنْ أَنْ أَقُومَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ عِنْدَ الْحَجَرِ الْأَسْوَدِ
“Berjaga-jaga di medan perang di jalan Allah selama semalam adalah lebih aku sukai daripada saya melakukan shalat tarawih dan witir pada malam lailatul qadar di sisi Hajar Aswad.” (Ibnu Taimiyah, Majmu’ Fatawa, 28/6)

9. Umrah Ramadhan
Keutamaan umrah di bulan suci Ramadhan dijelaskan dalam hadits shahih:
«فَإِذَا جَاءَ رَمَضَانُ فَاعْتَمِرِي، فَإِنَّ عُمْرَةً فِيهِ تَعْدِلُ حَجَّةً»
“Jika datang bulan Ramadhan, maka lakukanlah olehmu umrah, sebab umrah pada bulan tersebut setara [pahalanya] dengan [pahala] haji.” (HR. Bukhari no. 1782 dan Muslim no. 1256)
«فَإِنَّ عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ تَقْضِي حَجَّةً أَوْ حَجَّةً مَعِي»
Sesungguhnya [pahala] umrah di bulan suci Ramadhan itu setara dengan pahala haji atau haji bersamaku.” (HR. Bukhari no. 1863 dan Muslim no. 1256)
Hukum umrah menurut kesepakatan ulama adalah sunnah. Ketika dalam satu waktu yang sama seorang muslim dihadapkan kepada dua pilihan, melaksanakan amalan wajib dan amalan sunnah, maka amalan wajib harus didahulukan atas amalan sunnah. Terlebih jika meninggalkan amalan wajib tersebut mengakibatkan bencana besar terhadap agama, nyawa, harta, kehormatan dan akal kaum muslimin.
Umrah di bulan Ramadhan, betatapun besar pahalanya, adalah amalan sunnah. Pada saat yang sama umat Islam memiliki amalan lain yang sifatnya wajib, yaitu membantu jutaan kaum muslimin di Suriah dan Rohingnya yang terancam keselamatan nyawa dan akidahnya. Jutaan muslim Suriah dikepung dan dibombardir oleh pasukan rezim Nushairiyah dan milisi-milisi Syiah. Kaum muslimin Suriah kekurangan makanan, obat-obatan, senjata dan amunisi. Mereka berada di antara dua bahaya; mati karena kelaparan atau mati karena dibantai oleh pasukan Nushairiyah dan milisi Syiah.
Banyak dalil dari Al-Qur’an dan as-sunnah yang memerintahkan kita untuk membantu dan menyelamatkan saudara-saudara kita yang tertindas, kelaparan dan terancam keselamatan nyawa dan akidah mereka. Allah Ta’ala berfirman:
وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَى
Dan tolong-menolonglah kalian dalam amal kebajikan dan ketakwaan. (QS. Al-Maidah [5]: 2)
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ (1) فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ (2) وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ (3)
Tahukah engkau orang yang mendustakan hari pembalasan (hari kiamat)? Itulah orang yang menghardik anak yatim dan tidak menganjurkan untuk memberi makan orang miskin. (QS. Al-Ma’un [107]: 1-3)
Hadits-hadits shahih memerintahkan kita untuk memperhatikan kesengsaraan sesama kaum muslimin.
عَنْ أَبِي مُوسَى رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” فُكُّوا العَانِيَ، يَعْنِي: الأَسِيرَ، وَأَطْعِمُوا الجَائِعَ، وَعُودُوا المَرِيضَ “
Dari Abu Musa al-Asy’ari radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Bebaskanlah muslim yang tertawan musuh, berilah makanan orang yang lapar dan tengoklah orang yang sakit!” (HR. Bukhari no. 3046)
عَنِ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: ” مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Dari Nu’man bin Basyir radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda: “Perumpamaan kaum beriman dalam sikap saling mencintai, menyayangi dan menyantuni adalah seperti sebuah tubuh, jika satu anggota tubuh merasa sakit, maka seluruh anggota tubuh lainnya ikut merasakannya dengan sulit tidur malam dan demam panas.” (HR. Bukhari no. 6011 dan Muslim no. 2586, dengan lafal Muslim)
Infak untuk membantu dan menyelamatkan kaum muslimin Suriah dan Rohingnya adalah kewajiban, bukan sekedar amalan sunnah. Adapun umrah di bulan Ramadhan adalah amalan sunnah dan masih mungkin dilakukan tahun-tahun mendatang. Seorang muslim yang cerdas dan memiliki kesadaran ukhuwah akan mendahulukan infak untuk kaum muslimin Suriah dan Rohingnya yang manfaatnya bisa dirasakan ratusan ribu orang, daripada mengerjakan umrah Ramadhan yang manfaatnya terbatas untuk dirinya sendiri.
Saat seorang muslim mengeluarkan belasan bahkan puluhan jutanya untuk melaksanakan Umrah Ramadhan yang nilainya sunnah, dan ia tidak menginfakkan sebanyak mungkin harta untuk kaum muslimin di Suriah dan Rohingnya yang nilainya wajib, maka akibatnya sangat fatal; puluhan ribu atau bahkan ratusan ribu kaum muslimin akan mati kelaparan atau mati dibantai, masjid-masjid akan dihancurkan, agama kekafiran Nushairiyah dan Syiah Imamiyah Itsna Asyariyah akan berjaya.
Saudaraku seislam dan seiman…
Inilah di antara amal-amal shalih yang seharusnya menjadi konsentrasi kita pada sepuluh hari terakhir dari bulan suci Ramadhan. Semoga Allah mengaruniakan ampunan, lailatul qadar dan ridha-Nya kepada kita. Wallahu a’lam bish-shawab.

(Sumber : arrahmah.com)
(Ditulis kembali oleh Yadi Suryadi)

Selasa, 07 Juni 2016

Marhaban



Marhaban ya ramadhan

Subhanallah. Akhirnya bisa bertemu dengan bulan yang di rindukan. Ada beberapa hal yang harus kita lakukan ketika memasuki bulan yang agung ini :

1. Menjaga ucapan
2. Menjaga perbuatan
3. Menjaga hati
4. Menjaga diri
5. Menjaga istri/ Suami (bagi yang punya)

Sabtu, 04 Juni 2016

Selamat Ulang Tahun, Semoga keberkahan Umur selalu menyertaimu






"Tak ada yang spesial dapat kuberikan di hari yang bahagia ini, hanyalah  sebuah ucapan yang tulus dan iklas dari lubuk hati paling dalam. Selamat ulang tahun sayang, semoga kamu diberikan umur panjang, sehat selalu, serta selalu diberi kemudahan dalam segala hal dan selalu dilimpahkan rejeki yang halal, dan serta selalu diberikan kebahagiaan dunia dan kebahagiaan akhirat" 


Kamis, 02 Juni 2016

KESEMPATAN MENJADI GURU BK

Image result for lowongan guru


MAN 9 Jakarta Timur mencari 1 orang guru bk (PNS/ honor) dgn kualifikasi sbb:
- wanita.

- min. Lulusan s1 bimbingan konseling atau psikologi.

Bagi yang merasa terpanggil, silahkan membawa lamaran dan datang langsung ke MAN 9 jakarta timur (Jl. H. Dogol No.54) setiap hari kerja.
Mohon bantu menyebarkan. 
Trima kasih 

😊

Selasa, 31 Mei 2016

Lowongan Guru MA Al-Khairiyah Rancaranji

Dibuka Lowongan untuk menjadi tenaga pengajar di MA AL-KHAIRIYAH RANCARANJI untuk formasi sebagai berikut :

1. Guru Fisika (1 orang)
2. Guru Kimia (1 orang)
3. Guru Matematika (1 Orang)

4. Guru Geografi (1 orang)
5. Guru Tata Busana (1 orang)
6. Guru Tata Boga (1 orang)


Dengan persyaratan sebagai berikut :
1. Minimal S1 sesuai dengan bidang studi yang diampu
2. Berkepribadiaan Islami 
3. Tidak merokok bagi laki- laki
4. Bersedia mengikuti peraturan Lembaga dan Yayasan
5. IPK minimal 2.75 (untuk formasi 1,2,dan 3) dan 3.00 (untuk formasi 4,5,dan 6)
6. Diutamakan yang sudah berpengalaman 
7. Dapat membaca dan menulis Al- Qur'an dengan baik


Lamaran diterima paling lambat 11 Juni 2016 via e-mail (ma.rancaranji@gmail.com), Via Pos (Jl. Ki. Sarnaja No. 05 Ds. Kramatlaban Kec. Padarincang kab. Serang - Banten 42168), atau diantarkan langsung ke sekretariat panitia penerimaan tenaga pengajar MA Al-Khairiyah Rancaranji setiap hari kerja pukul 07.00-14.30 WIB

Selasa, 24 Mei 2016

Selamat untuk Pak Ehan dan Bu Mila



Semoga Allah memberi berkah dengan anak yang dianugerahi atasmu, dan engkau kepada Dzat yang Maha Memberi. Semoga engkau diberi rezeki berupa kebaikan darinya. Semoga ia sampai pada masa kuatnya.
Semoga Allah menjadikan anakmu sebagai barokah untukmu dan untuk ummat Muhammad Shallallahu’alaihi Wasallam

Minggu, 08 Mei 2016

Madrasah Aliyah Darul Anwar Boarding School: Pendaftaran Online Calon Siswa MADABS

Pendaftaran Siswa Baru Tahun 2016/2017

Segera Merapat ke Link di bawah ini:



Madrasah Aliyah Darul Anwar Boarding School: Pendaftaran Online Calon Siswa MADABS: Memuat...



Kontak Peraon Pendaftaran

1. 082333311123  Bpk Mamat Solahudin

2. 0817863148     Bpk Dedi Suhandi

3. 087772838640 Bpk Yadi

Minggu, 17 April 2016

Penyesuaian Harga Buku Setia Furqon Kholid





Dikarenakan naiknya bahan kertas dan biaya produksi maka, ada penyesuaian harga buku :

1. Jangan Jatuh Cinta Tapi Bangun Cinta Rp 75,000 

2. Muda Karya Raya Rp 115,000

3. Jangan Kuliah Kalau Gak Sukses Rp 75,000 

Dapatkan buku tersebut dengan sms ke 087772838640 dengan format Nama_Alamat Lengkap_Judul Buku_Jumlah. 

(Ditulis oleh Yadi Suryadi)





Jumat, 25 Maret 2016

Dakwah Tiga Materi


Bismillahirrahmanirrahim

Assalamu`alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Innalhamdalillah nahmaduhu wanasta`inuhu wanastaghfiruh, wa na`udzu billahi min syururi anfusina, wa min sayyiati a`malina, man yahdihillahu fala mudillalah wa ma man yudllilhu fala hadiyalah. Allahumma sholli `ala sayyidina Muhammad wa `ala sayyidina Muhammad.

Ikhwah Fillah, bahwasanya kajian materi pengajian di Masyarakat itu ringkasnya ada 3 masalah:
1. Akidah
2. Syari`ah
3. Akhlaq

Akidah dapat kita pelajari dalam kitab Tauhid, lalu Syari`ah dapat kita pelajari dalam Kitab-kitab Ilmu Fiqih, selanjutnya kajian pelajaran Akhlaq dapat kita pelajari dalam kitab Tasawuf. 

Ikhwatu Fillah rahimakumullah, dalam masalah akidah pada setiap ajaran yang diajarkan oleh para Nabi yang dimulai dari Nabi Adam As hingga Nabi Muhammad SAW pokok ajarannya sama yaitu masalah Dinul Islam atau Agama Islam yang titik sentral ajarannya adalah Tauhid kepada Allah SWT atau Meng-Esakan-Nya.

Dalam masalah Syari`ah, Allah SWT melalui para Nabi mengajarkan bahwa di tiap-tiap masa dan Nabi berbeda-beda Syari`ah atau pokok ajaran hukumnya. Syari`ah Nabi Adam As berbeda dengan Syari`ah Nabi Yaqub, berbeda pula dengan Syari`ah Nabi Musa hingga Syari`ah Nabi Muhammad SAW. Dalam Syari`ah Nabi Adam As misalnya dalam masalah pernikahan, Anak-anak Nabi Adam As boleh menikah antara kakak dan adik. Karena Siti Hawa melahirkan anak kembar dua dua, yang satu Qabil dan Iqlima yang kedua Habil dan labuda, dalam ajarannya Nabi Adam As melarang pernikahan antara Qabil dan Iqlima karena masih dalam satu waktu lahirnya lalu Nabi Adam As pun menikahkan Qabil dengan  Labuda kemudian Habil dengan Iqlima, walaupun hal itu tidak diinginkan oleh Qabil karena saudara kembarnya itu cantik dan Qabil menginginkan si Iqlima menjadi Istrinya, maka dari pernikahan keempat anak Nabi Adam inilah perselisihan antar manusia dimulai dengan diakhiri pembunuhan Qabil kepada Habil yang merupakan pembunuhan pertama yang dilakukan oleh manusia karena sikap serakah dan dengkinya Qabil terhadap Habil saudaranya itu.

Ikhwatu Fillah, kemudian kita teliti lagi masalah Syari`ah nya Nabi Yaqub, ketika zamannya Nabi Yaqub diperbolehkan poligami antara dua saudara sedarah, Nabi Yaqub punya istri dan dikaruniai sepuluh orang anak (Cikal bakal orang yahudi) dan si adik istrinya itu disukai oleh Nabi Yaqub dan Nabi Yaqub pun menikahi adik iparnya itu dan lahirlah Nabi Yusuf dan saudaranya Bunyamin. Namun, pernikahan seperti ini setelah Rasulullah SAW diutus Allah SWT untuk meyempurnakan ajaran Islam, Syari`at ini dihapus dan Rasul SAW melarang Poligami antara dua saudara sekandung kecuali salah satunya meninggal barulah kakak atau adiknya dinikahi. 

Ajaran Islam memang ajaran satu-satunya yang diridloi oleh Allah SWT, melalui ayat ketiga surat Al-Maidah. Ikhwati fillah yang dirahmati oleh Allah SWT, dalam menyangkut Syari`ah di negara kita Indonesia, sudah pasti dan paham bahwa negara kita menganut ajaran Pancasila namun patut kita pahami pula bahwasanya kelima asas Pancasila ini di susun berdasarkan Al-Qur`an dan Hadis, karena Pancasila sebenarnya merupakan implementasi ajaran Islam dan Al-Qur`an sudah menjelaskan isi dari kelima asas Pancasila ini.

Sila Pertama : "Ketuhanan Yang Maha Esa"
Sila ini sebetulnya ditunjukkan kepada umat Islam, karena Al-Qur`an telah menjelaskan di surat Al-Ikhlas ayat pertama "Qul huallahu ahad" bahwasanya Tuhan itu satu.

Sila Kedua : "Kemanusiaan Yang Adil Dan Beradab"
Sila ini bahwasanya Islam mengajarkan tentang arti memanusiakan manusia yang beradab
Sila Ketiga, Keempat dan Kelima merupakan isi dari ayat Al-Qur`an yang menjelaskan secara sistematis tentang Keshalihan individual dan Keshalihan sosial. Masya Allah......, betapa luar biasanya para pendiri Negara kita, karena sebetulnya mereka telah menyiapkan seluruh dasar negara ini setelah memahami Al-Qur`an dan para pendiri Negara kita sebetulnya tidak ingin menyinggung perasaan umat agama lain di Nusantara ini dan hal ini terbukti dalam Piagam Jakarta sila pertama “Ketuhanan dengan menjalankan Syaria`t Islam bagi para Pemeluk-pemeluknya”.

Bahwasanya  tim sembilan yang dipimpin oleh Bung Karno yang anggotanya mayoritas Islam dan hanya satu yang non-Muslim yakni Mr. Aa Maramis sudah setuju, sudah ketuk palu bahwa sila pertama itu berbunyi demikian, namun entah mengapa ketika esoknya sila pertama dengan 7 kalimat itu dibuang dan dibacakan "Ketuhanan Yang Maha Esa", sebenarnya umat Islam tersakiti dan dikecewakan namun Taqdir tidak bisa dipungkiri dan umat Islam harus menerima kenyataan pahit ini, dan untuk menghormati seluruh ajaran agama di Indonesia maka Pancasila sila pertama adalah "Ketuhanan Yang Maha Esa"

Ikhwatu fillah yang drahmati oleh Allah SWT selanjutnya, kita akan membahas sedikit tentang masalah tegaknya Islam di Indonesia melalui ibrah dari Jenderal Besar Sudirman. Dalam literatur yang saya baca di internet rata-rata 70 % menjelaskan kehebatan Jenderal Sudirman dalam berperang dan kecintaan beliau pada Negara, namun dibalik itu semua, Jenderal Besar Sudirman adalah seorang da`i yang taat beragama. Jenderal Sudirman sebelum berkiprah di kemiliteran sebetulnya adalah seorang Guru di HIS Muhammadiyah Cilacap, sewaktu muda beliau masuk organisasi kepanduan Muhammadiyah yang bernama Hizbul Wathon, dan disinilah Keterampilan-keterampilan kemiliteran Jenderal Sudirman di asah, ketika beliau mengajar di HIS Muhammadiyah, tentara Jepang telah sampai di Indonesia dan melucuti tentara Belanda dan akhirnya menguasai Indonesia, Naluri untuk mengusir penjajah dengan semangat jihad fissabilillah Pak Dirman Membara dan tergerak hatinya untuk kemerdekaan Republik ini, dengan memohon izin kepada pengurus HIS Muhammadiyah di Cilacap berangkatlah Pak Dirman ke Bogor untuk mengikuti pelatihan Tentara Pembela Tanah Air (PETA) di Bogor, begitu lulus pelatihan pak Dirman diangkat menjadi Panglima Divisi V/banyumas lalu ketika Tentara Keamanan rakyat dibentuk, Pak Dirman diangkat menjadi Panglima Besar (Panglima Angkatan Perang Republik Indonesia) dengan pangkat Jenderal bintang lima pertama dan termuda sepanjang sejarah TNI. 

Ikhwatu Fillah rahimakumullah, ketika agresi militer II Belanda (Aksi Polisionil) Ibukota Negara Yogyakarta (Ibukota pada waktu itu karena Kota Jakarta sudah tidak aman) jatuh ke tangan Belanda dan Presiden beserta Perdana Menteri Ir. Sukarno dan Bung Hatta ditangkap dan diasingkan, otomatis NKRI mengalami "vakum of power" dan tanpa dikomandoi, Mr. Syafrudin Prawiranegara membentuk Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Bukittinggi dan berperan sebagai Presiden, hal ini terjadi agar Indonesia di mata Internasional tetap eksis dan tetap ada di dunia sehingga Belanda mendapat tekanan Internasional agar segera pergi meninggalkan Indonesia, dan inilah babak baru pemerintah yang dipimpin Syafrudin Prawiranegara, dengan tetap melakukan diplomasi ke dunia Internasional melalui PBB dan akhirnya Belanda dapat pergi dari Yogyakarta, namun ketika Belanda pergi dan Bung Karno dan Bung Hatta dibebaskan oleh Belanda ada satu hal yang sangat disayangkan oleh Jenderal Besar Sudirman, kenapa tampuk kekuasaan diserahkan kembali kepada Bung Karno dan Bung Hatta, kalau saja tetap kepada kita (Umat Islam) kekuasaan itu dipegang, sesungguhnya kita bisa, mungkin itulah mengapa Jenderal Sudirman sangat-sangat kecewa kepada pak Syafrudin, andai saja Pak Syafrudin ada dihadapan beliau tentu saja mungkin Pak Syafrudin ini di kasih pemahaman bahwa kita sebagai umat Islam mampu untuk memimpin Negara, namun itulah taqdir-Nya yang sudah digariskan Indonesia tetap tegak berdiri dibawah naungan Illahi Rabbi dengan asasnya Pancasila dan Indonesia takkan ada tanpa Perjuangan Para pendahulu dan Pendiri Negara ini.

Mungkin inilah sekelumit materi pengajian malam jum`at ini yang insya Allah membuat kita semangat untuk berjuang agar kalimat Allah tetap bergema di negeri ini dan Insya Allah mari kita doakan agar pemerintah Islam dapat memimpin negara ini dan dapat memimpin dunia pada waktunya.

Billahi fissabilil haq

Wasalamu`alaikum Warahmatullahi Wa Barakatuh

(Ditulis oleh Yadi Suryadi)