Iklan

Sabtu, 19 Desember 2015

Cerita Fiksi : Di tengah pertengkaran

Siang hari yang tak begitu jelas apakah itu siang atau pagi hari, karena sang mentari masih malu-malu untuk menampakkan sianrnya. Siang itu di tengah rintik hujan yang membasahi ratusan kaleng-kaleng bermesin.  Laki-laki yang berjenggot lebat itu seakan-akan seperti  iblis yang bertopeng Manusia, di tengah-tengah anak-anak kecil yang tak berdosa dia memarahi bidadari yang sudah menemaninya selama 15 tahun. Entah apa yang terjadi pada Laki-laki itu, aku terkesima dan seakan tak percaya dengan apa yang ku lihat dan ku dengar saat itu. Bu Mawar seperti seorang  pesakitan yang tengah didakwa oleh hakim durjana, ada rasa pilu yang kurasakan tatkala bu Mawar menangis, menangis pilu diantara suara yang meneror dirinya yang berasal dari orang yang selama ini menjaganya, orang yang telah memberinya anak-anak yang lucu dan pintar. Aku terdiam tak berkata hanya suara rintik hujan yang dapat menghiburku.

Tiga jam yang lalu kami masih bercanda dengan candaan yang biasa, namun setelah kedatangan Pak Anto dan Pak Deni semuanya berubah. Ku kira antara Pak Anto, Pak Deni dan Pak Badri terjalin persahabatan yang baik dan Erat ternyata yang kulihat adalah kenyataan semu. Ketika mereka bercanda ada setitik rasa sakit yang dipendam Pak Badri. Yang ku lihat adalah kebohongan semata, Pak Anto, Pak Deni dan Pak Badri memang bersahabat karena memang mereka sama-sama pernah mengabdi di Madrasah Aliyah Darunnajah Lampung, dan mereka seyogyanya bercanda seperti sahabat adanya, namun ada kemungkinan disana ada bu Mawar yang lost of control dalam pembicaraan mereka berempat. Bu Mawar terlibat di sana dan bu Mawar tidak meyadari kesalahannya, pak Badri setelah shalat Dzuhur seperti kesetanan dalam mengendarai mobilnya, rencana awal yang tadinya mau membeli beberapa ATK di toko buku terdekat di Alun-alun Kota, akhirnya dibatalkan sepihak oleh Pak Badri. Pak Badri begitu tersulut setelah Tukang Parkir yang sudah tua itu memarkirkan mobil pak badri dengan tidak hati lalu seketika itu juga, Pak Badri sekonyong-konyong berucap sangat tidak pantas sehingga pak Badri da Bu Mawar bertengkar sejadi-jadinya, sepanjang perjalanan telingaku panas mendengar cercaan dan makian diantara mereka, hingga akhirnya mereka merasa bosan dan tak menghiraukan aku yang tengah menumpang di mobil mereka.

Nasib beginilah nasib seorang karyawan yang masih belum Mandiri.

(Ditulis oleh Yadi Suryadi)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar